Dalam rangkaian acara Festival of Indonesianity in the Arts, pada hari ini Selasa 24 September 2019 bertempat di Bentara Budaya Gianyar telah diselenggarakan sarasehan hasil penelitian, penciptaan dan pengabdian kepada masyarakat. Acara tersebut dibuka oleh Kepala LPPMPP ISI Denpasar. Acara sarasehan juga di hadiri oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng dan perwakilan dari Dinas Perindustrian se provinsi Bali.
Sarasehan kali ini merupakan penghargaan terhadap air di era disrupsi dimana air menjadi sangat berharga. Narasumber yang menjadi pembicara merupakan tokoh tokoh yang sering membuat artikel pada media media berskala Nasional. Pada kesempatan kali ini, narasumber menyampaikan bahwa terjadinya bias di era disrupsi terhadap pemahaman budaya, seringkali juga ditangkap hanya sebagian tidak menyeluruh. Budaya merupakan hal yang dinamis.
Padahal budaya (kearifan lokal) harusnya merupakan inspirasi dari sebuah karya, termasuk karya karya kriya (yang juga merupakan bagian dari produk industri). Dengan mengaitkan budaya dan filosofis "air", akan mampu mengarahkan bias yang telah terjadi. Dimana air merupakan penyegar, pembersih. Dunia seni dapat menggunakan filosofis air untuk menjadikan sebuah karya lebih bermakna. Dengan menggali (dari masa lalu), tingkatkan (perbaiki kekurangan yang lalu) dan ekspos (tampilkan hasil yang telah diperbaiki kepada masyarakat) akan menghasilkan produk seni (termasuk kriya) yang lebih baik tanpa meninggalkan kearifan lokal yang kita miliki.